Di Balik Bening Mata Air,Tak Ada Air Mata

Ya Allah, izinkan hamba menutup mata dengan senyuman.

Name:
Location: Semarang, Islam, Indonesia

Monday, August 22, 2005

Rintihan Abu Nawas

Ya Tuhanku, tidak pantas bagiku menjadi penghuni surga-Mu. Namun aku tidak kuat dengan panasnya api neraka-Mu. Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku.

Dosaku ibarat jumlah pasir yang tak terhitung jumlahnya. Terimalah taubatku, karena Engkau maha pengampun dosa-dosa besar.

Wahai pemilik keagungan, umurku setiap hari berkurang sedang dosa-dosaku makin bertambah. Bagaimana aku menanggungnya, ya Tuhanku.

Ya Tuhanku, hamba yang berdosa ini datang kepada-Mu mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu.

Seandainya Engkau mengampuni, memang Engkaulah pemilik ampunan. Dan seandainya menolak taubatku, kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain kepada-Mu?

Friday, August 05, 2005

Sadar Posisi

Ketika manusia ada di rahim sang ibu, Allah telah mengatur kehidupan di dalam kandungan itu. Dengan apa dia memperoleh makanan, bertahan dari benturan, bertumbuh, dan berkembang, sampai kapan harus keluar melalui jalan yang telah ditentukan-Nya. Tak pernah ada yang protes dengan aturan Ilahi ini. Semua tunduk dan patuh atas aturan-Nya.

Sayang, itu tak berlanjut ketika manusia hadir di dunia. Banyak manusia yang lupa bahkan membangkang pada aturan-Nya. Mereka menganggap dirinya mampu mengatur dunia ini dengan akal yang dikaruniakan Allah kepadanya. Seolah-olah mereka mengetahui segala hal yang terjadi di dunia ini. Muncullah kemudian sikap hidup atas dasar kebebasan. Bebas berperilaku, bebas berbicara, bebas memiliki, dan bebas beragama. Akhirnya muncul pula jargon 'semau gue', dan 'terserah masyarakat'. Tidak ada patokan yang pasti.

Fenomena ini telah melahirkan kerusakan di muka bumi. Pola kontrol masyarakat terhadap perilaku menyimpang akan hilang karena alasan 'itu kan urusan masing-masing'. Dengan alasan urusan pribadi, seks bebas marak, homoseksual dilegalkan, perjudian dan pelacuran dilokalisasi, miras dibebaskan, dan berbagai bentuk kemaksiatan lain tak perlu dikekang asal tak mengganggu orang lain.

Dengan alasan kebebasan kepemilikan, orang boleh menguasai semua kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak. Dengan alasan bebas berbicara, menghina Nabi pun tak boleh dilarang. Dengan alasan bebas beragama, orang Islam pun boleh murtad, bahkan membuat agama sendiri. Bila ini berlangsung terus, dapat dipastikan akan hadir masyarakat yang rusak. Inilah kejahiliyahan yang terakumulasi dari berbagai zaman.

Memang, Allah memberikan manusia akal untuk berpikir. Di sisi lain, Allah menurunkan aturan kehidupan. Manusia yang sadar akan jati dirinya sebagai ciptaan, seharusnya mampu mengarahkan akalnya sesuai dengan aturan-Nya. Ibarat di dalam rahim, manusia pun akan keluar dari dunia pada waktunya melalui pintu yang sudah pasti yakni mati. Oleh karena itu, seharusnya manusia menstandardisasi seluruh amal perbuatannya berdasarkan aturan Allah, bukan atas maunya sendiri atau maunya masyarakat. Mereka menyadari bahwa Allah Dzat Yang Mahatahu, Sang Pencipta manusia.

''Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian. Boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui.'' (QS Al-Baqarah [2]: 216). Begitulah isyarat yang Allah berikan agar manusia sadar bahwa dirinya hidup dengan banyak sekali keterbatasan. Tidak sepantasnya, manusia yang serba terbatas ini berbuat dengan mengabaikan hukum dan kaidah yang telah Allah SWT tetapkan.

Karena itulah, setiap manusia senantiasa dituntut untuk menyadari posisi dirinya. Manusia yang punya kesadaran seperti ini akan senantiasa tunduk pada syariat Islam, menjauhi segala bentuk kejahiliyahan, dan rela berkorban demi tegaknya Islam. Wallahu a'lam.

Thursday, August 04, 2005

Menangislah

Kesempurnaan penciptaan manusia sebagai suatu kelebihan yang diberikan Allah, bukanlah menjadi alasan manusia untuk sombong dan berlaku angkuh di muka bumi. Tidak untuk menunjukkan bahwa ia lebih baik dari makhluk Allah lainnya. Karena jika demikian, tentulah manusia tidak sedikitpun menampakkan perbedaannya dengan Iblis yang terkena murka Allah karena merasa lebih baik dari manusia (Adam). Sungguh, jika manusia mau bertafakkur merenungi hakikat penciptaan dirinya dengan segala kesempurnaannya, tentulah tak ada manusia yang ingkar dan mempersekutukan Allah. Hanya saja, disinilah letak kebodohan manusia sehingga sering kali terlihat manusia-manusia yang berjalan dengan membusungkan dada.

Padahal, kalau saja manusia mau belajar dari setiap kejadian diatas muka bumi, tentulah tidak ada yang bodoh dengan menentang setiap perintah dan ketentuan-Nya. Seringkali manusia terlalu merasa hebat sehingga Allah pun memperlihatkan kepadanya bahwa segala kekuatan, kekuasaan, kelebihan, kehebatan yang dimiliki manusia itu bahkan tak terlihat sebesar atom (partikel terkecil) pun bila dibandingkan dengan apa yang dimiliki Allah yang Maha Besar. Meski seringkali pula Allah menunjukkan kepada manusia, bahwa segala rencana, kehendak manusia takkan pernah bisa terwujud tanpa gerakkan tangan-Nya. Bahwa setiap keinginan manusia tidak selamanya sesuai dengan keinginan-Nya, dan bahwa tidak jarang pula Allah memberikan hikmah kepada manusia dari setiap kegagalan.

Jika sudah demikian, biasanya manusia akan menangis, semakin dekat ia dengan Allah maka biasanya makin mudah manusia meneteskan airmatanya. Makin merasa ia begitu bergantung kepada Sang Maha Mengatur, semakin sering matanya sembab berlinang air. Dan semakin ia tahu bahwa segala sesuatunya hanyalah kehendak Allah kejadiannya, genangan air di kelopak matanya pun takkan pernah ada habisnya.

Manusia hanya bisa berharap, berkeras, manusia hanya bisa berkeinginan, dan manusiapun hanya diberikan wewenang untuk berencana. Jika kemudian ada harapan dan tujuan yang tercapai, ada keinginan yang terpenuhi dan ada rencana-rencana yang terealisasi, maka sesungguhnya Allah lah yang berkehendak atas semua itu. Hanya saja, sedikit manusia yang bersyukur dan mengingat bantuan-Nya dari semua yang telah diraihnya itu.

Namun jika kemudian segalanya terjadi diluar rencana, harapan, dan keinginan, karena Allah berkehendak lain, barulah manusia mengingat-Nya. Manusia begitu menyadari bahwa dirinya tak mampu berbuat apa-apa jika Allah sudah berkehendak. Jika demikian, manusia biasanya menangis. Namun sekali lagi, ketika setelah menangis ada harapan dan keinginan yang terwujud, ia pun tertawa dan kembali lupa kepada Sang Pemberi harapan.

Maka janganlah heran, jika kemudian Allah selalu berkehendak diluar rencana manusia karena manusia itu sendiri tak semakin dekat kepada-Nya. Dan karena itu manusia sering menangis, melelehkan air matanya tatkala merasa dirinya hancur, obsesinya gagal, harapannya tak terkabul, cita dan cintanya berantakan, bahkan mereka bisa saja menangis sekeras-kerasnya apabila apa yang sudah diupayakan sekuat tenaga, seumur hidupnya, menemui kebuntuan.

Tak mengapa, menangislah!!!… kenapa harus merasa cengeng saat kita meneteskan air mata. Toh sejak kecil kita sudah terbiasa menangis. Saat kita masih bayi, menangis adalah cara terbaik untuk memberitahu bahwa kita lapar, haus atau sekedar minta digantikan popok. Kita juga terbiasa menangis jika orang tua kita tak membelikan mainan yang sangat diinginkan. Menangis juga kita lakukan saat uang jajan kita kurang dari biasanya. Dan masih banyak lagi airmata mengalir, saat gagal ujian mungkin, atau saat ditinggal orang tercinta. Sekarang, menangis mungkin juga cara terbaik untuk memberi tahu kepada Allah, bahwa kita begitu lemah dan akan sangat bergantung kepada-Nya.

Tak apa, menangislah!!!… Karena menangis adalah cara Dia untuk menunjukkan kekuasaan dan kemahabesaran-Nya. Air mata itu mungkin saja diciptakan untuk menyadarkan manusia agar senantiasa mengingat Allah. Titik-titik air bening dari mata itu bisa jadi adalah teguran Allah terhadap riak kenistaan yang kerap mewarnai kehidupan ini.

Seperti Allah menurunkan hujan dari langit, untuk mengairi bumi dari kekeringan. Seperti itu juga tangis manusia, akan membasahi kekeringan hati dan melelehkan kerak kegersangan agar senantiasa menghadirkan kembali wajah Allah yang mengiringi setiap langkah ini selanjutnya.

Tak perlu sungkan, menangislah… Mungkin airmata itu akan mampu merontokkan bongkah-bongkah keangkuhan dalam dada ini sehingga semakin menyadarkan kita bahwa hanya Dia yang berhak berlaku sombong. Mungkin juga air mata itu akan melelehkan pandangan mata ini dari menganggap remeh orang lain dan semakin menjernihkan kaca mata ini untuk lebih bisa melihat kemahabesaran dan kekuasaan-Nya. Atau mungkin airmata itu akan membersihkan debu-debu pengingkaran yang menyesaki kelopak mata kita sehingga seringkali kita lupa bersyukur atas setiap nikmat-Nya.

Biarlah airmata itu terus menetes, toh dengan itu hati ini akan semakin basah dengan ketawadhu’an, qona’ah, juga menumbuhkan cinta terhadap sesama. Mungkin airmata itu akan semakin membanjiri setiap relung hati ini dengan kesadaran akan kembali kita kepada-Nya.

Biarlah kemudian, hari-hari selanjutnya penuh dengan airmata. Airmata ketakutan akan adzab Allah yang sangat pedih, sungguh, airmata yang demikian akan mampu menyelamatkan kita. Airmata yang terus mengalir tatkala menyaksikan bentuk-bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan, penindasan, dan kezhaliman, sungguh, airmata inilah yang akan memberikan tenaga sedemikian dahsyat untuk kemudian membela dan mengangkat yang lemah. Airmata yang tak pernah berhenti saat kita semakin mendekatkan diri ini dalam do’a, lafaz-lafaz dzikrullah, dan dalam keheningan malam bersama-Nya, sungguh, insya Allah airmata inilah yang dapat membuat kita tersenyum di yaumil akhir kelak. Wallahu 'alam bishawab.

Bulan itu Bulan Rajab

Pada hari sabtu tanggal 06 Agustus 2005 kita memasuki bulan Rajab.
Bulan Rajab adalah bulannya Allah. Mari kita simak ada apa di balik bulan Rajab itu.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Ketahuilah bahwa bulan Rajab itu adalah bulan ALLAH, maka:

* Barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan ini dengan ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH SWT;

* Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab 1424/Isra Mi'raj (Kamis, 01 September 2005) akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa;

* Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT;

* Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3
Rajab, 6,7,8 Agustus 2005) maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat;

* Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, insyaallah permintaannya akan dikabulkan;

* Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga;

* Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya."

Sabda Rasulullah SAW lagi :
"Pada malam Mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari
madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: "Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?"
Maka berkata Jibrilb a.s.: "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini".

Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita :
"Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW ke sebuah kubur, lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian beliau berdoa kepada ALLAH SWT.
Lalu saya bertanya kepada beliau:"Ya Rasulullah mengapakah engkau menangis?"
Lalu beliau bersabda :"Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur nya, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa atas mereka".

Sabda beliau lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur."

Tsauban bertanya: "Ya Rasulullah,apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksa kubur?"
Sabda beliau: "Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun."

Sabda beliau lagi: "Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya'ban Adalah bulan aku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku". "Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi,keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya'ban dan bulan Ramadhan.

Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus
bagi mereka."