Di Balik Bening Mata Air,Tak Ada Air Mata

Ya Allah, izinkan hamba menutup mata dengan senyuman.

Name:
Location: Semarang, Islam, Indonesia

Friday, September 01, 2006

Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia


Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.

Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :
"Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap "bandel" dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.

Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?"
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.

Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.

Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan". Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.

Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.

Semangat memahami agama akan meng "hidup" kan hatinya, hati yang "hidup" adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup" orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.

Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu' mungkin membaca doa `sapu jagat' , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut "Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw" (yang artinya "Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia "), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu "wa fil aakhirati hasanaw" (yang artinya "dan juga kebahagiaan akhirat"), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?". Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh saya pun juga tidak cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?". Nabi SAW kembali menjawab : "Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata".

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Jodoh

Baru-baru ini saya mendapat undangan pernikahan dari dua orang teman di dunia cyber. Turut berbahagia membaca undangan yang menyiratkan rasa syukur dan bahagia dari kedua orang teman saya itu. Barokallahu lak, wa baroka 'alaik, wa jama'a baynakumaa fil khoir...

Teringat kembali pertemuan saya dengan sang suami tercinta. Tak terasa sudah lima tahun lamanya kami disatukan dalam keindahan ibadah yang bernama pernikahan ini. Kami dipertemukan Allah dalam waktu yang sangat singkat, hanya sebulan, sebelum akhirnya sepakat melangsungkan pernikahan. Padahal sebelumnya sama sekali tidak saling kenal.

Salah seorang teman saya di atas malah sebaliknya. Bertahun-tahun mereka saling kenal. Tak ada berita sedikitpun keduanya menjalin kasih sebelum itu. Tiba-tiba datang undangan yang cukup mengejutkan hampir semua orang yang mengenalnya.judulnya 'hubungan rahasia' yang alhamdulillahnya diakhiri (atau diawali?) dengan pernikahan.

Jodoh oh jodoh... benar -benar rahasia Allah yang tidak terduga. Ada orang yang sudah bertahun-tahun pacaran, tapi tak kunjung menikah, akhirnya malah menikah dengan orang yang baru beberapa hari ditemui.

Ada juga kakak kelas saya yang aktifis dakwah kampus. Suaminya aktifis di tempat yang sama. Sering beradu argumen dalam rapat-rapat kepengurusan. Sampai panas-panasan kalau sudah berdebat. Tahu-tahu dijodohkan Allah setelah beberapa tahun lepas dari kepengurusan. Saya tidak tahu, apakah aksi adu debatnya terus berlanjut setelah mereka menikah atau tidak

Ada juga seorang teman yang jatuh cinta dengan sesama aktifis di kampus. Tahu-tahu pas lulus orang yang disukainya itu dilamar orang. Dan berjodoh dengan orang yang baru dikenalnya. Patah hati? mungkin sedikit, tapi life must go on... ada cita-cita yang lebih besar, yang perlu perhatian besar, dari pada berlama-lama menata hati yang hancur. Bagi saya, inilah bingkai keimanan yang selalu positif dalam merespon takdir Allah, seberapa pun menyakitkannya takdir itu...

Ada juga orang-orang yang sampai di usia mapan belum juga mendapatkan seorang pendamping. Mungkin alasannya bermacam-macam. Belum ketemu yang cocok, fisik calon yang disodorkan kurang sempurna, sampai masalah pendapatan yang belum cukup untuk menghidupi anak isteri dalam kehidupan yang keras ini.

Bagi saya sebenarnya cuma satu saja alasannya, Allah belum mentakdirkannya menemukan belahan jiwa. Yang saya maksud dengan takdir itu adalah seluruh usaha untuk memenuhi takdir itu, mau pun ketetapan Allah dalam perjodohan itu sendiri. Dalam hal ini sulit untuk dipaksakan. Masalah selera, kecenderungan jiwa akan keindahan dan kesholihan adalah hak prerogatif setiap orang. Meskipun masalah keimanan kepada takdir Allah tercakup di dalamnya. Dan seharusnya, bagi setiap muslim, masalah keimanan inilah yang utama.

Ya... itulah. Sulit kalau membicarakan topik yang satu ini. Karena ini merupakan satu dari rahasia Allah yang sangat banyak jumlahnya di dunia ini.

Robbanaa hablanaa min azwaajina wa zurriyyatinaa qurrota a'yun, waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa..

(Ya Allah, berikanlah pasangan dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa)

-Do'a yang diambil dari Al-Qur'an

Saturday, August 26, 2006

Cermin Masa Lalu

Di masa kecil, saat pertama menyentuh benda bernama sepeda, kaki ini gemetar. Gemuruh di dada tak tertahankan sementara kedua tangan mencengkeram erat stang sepeda, padahal belum juga terkayuh pedal di kaki. Kedua mata menatap tajam menunggu lengang sepanjang jalan tertatap di depan, sebelum kayuhan pertama diayunkan. Satu kayuhan pun terayun, dan... lutut memar, lengan berdarah, ditambah kening sedikit benjol beradu kuat dengan aspal.

Menyerah? tentu tidak. Meski harus kembali terluka, menambah benjolan di sisi lain kening, atau menutup luka kemarin dengan luka yang baru, semangat tak pernah luntur demi bisa berdiri di atas sepeda roda dua. Esok hari, tambah lagi luka baru, atau luka yang sama bertambah parah, tetap saja terus berusaha mengayuh sepeda. Tiga kayuhan pertama, jatuh. Esok mendapat tujuh kayuhan, kemudian jatuh. Sebelas kayuhan, jatuh lagi dan seterusnya entah sudah keberapa ratus kali aspal jalan depan rumah itu bersahabat dengan lutut, lengan, kening ini. Hingga akhirnya jalan lurus, jalan terjal, mendaki dan turunan, hingga berlubang pun mampu dilewati dengan lincah, cepat dan yang penting, tidak lagi jatuh.

Menanjak remaja, sepeda motor pun dijajal. Tak peduli meski orang tua belum sanggup membelikannya, yang penting bisa dulu. Kali pertama menunggang kuda besi itu, ladang orang pun menjadi tempat pendaratan terbaik. Luka lama kembali terbuka, namun itu tak menyurutkan semangat. Malu rasanya tak mampu mengendarai motor layaknya semua teman lelaki di kampung. Bermodal semangat dan kepercayaan diri, ditambah sedikit gengsi kelelakian, melajulah motor tanpa lagi tersuruk di kebun singkong, tak lagi terparkir di tempat yang salah.

Di masa lalu, jatuh bangun pernah dialami. Sakit, luka, menangis, berdarah-darah menjadi sahabat sehari-hari. Tapi sakit, luka, air mata dan darah yang pernah menetes itu menjadi saksi bahwa semangat diri tak pernah padam untuk meraih keberhasilan. Tak hanya semangat, cita-cita untuk sekadar bisa melenggang mulus di atas sepeda atau motor yang begitu kuat, membuat diri rela jatuh bangun dan terluka. Sebuah pengorbanan yang harus dibayar.

Di masa lalu, kegagalan demi kegagalan pernah sangat rekat dengan diri ini. Pernah juga beberapa kesuksesan menjadi bagian kehidupan, gerimis hati ini saat menjalaninya. Jutaan jalan berlubang pernah terlalui, beberapa kali terjerembab di dalamnya. Jalan gelap begitu sering harus ditapaki, tak jarang menemui jalan buntu. Tak terbilang peluh saat mendaki, sementara senang tak terkira ketika mendapati jalan menurun. Yang membuat diri tak percaya, sungguh semuanya pernah dilalui.

Di masa silam, ada banyak sahabat baru berdatangan dan mengiringi hari-hari penuh kehangatan. Tak berbeda masanya, beberapa sahabat pernah pula meninggalkan diri, menjauh dan tak lagi pernah tahu gerangan dirinya. Pilu ketika harus berpisah, haru saat berjumpa kembali. Begitu banyak cinta bersemi, meski di waktu yang sama ada pula yang menabur benci pada diri.

Ketika masih sama-sama di bangku pendidikan, bersama sahabat mengukir mimpi. Melukis masa depan, membayangkan akan menjadi apa diri ini kelak, usia berapa menikah, seperti apa pasangan hidup nanti, berapa banyak anak yang dihasilkan, apa jenis kendaraan yang diinginkan, rumah sebesar apa yang didambakan, berapa banyak yang diinginkan saat kali pertama gajian, dan apa yang ingin dibeli dengan gaji pertama itu.

Waktu berlalu, mimpi terlewati, ada yang terwujud, tak sedikit yang menguap bersama awan di langit. Lukisan masa depan semakin buram, tak lagi jernih seperti saat pertama ditorehkan di atas kanvas harapan. Ada yang menyesali langkah tak tepat yang pernah ditempuh, ada yang mensyukuri karena tak selamanya apa yang dianggap benar, benar pula menurut Sang Maha Berkehendak.

Kita memang tak pernah bisa tahu yang akan terjadi besok, tetapi kita pernah punya masa lalu yang telah banyak memberi pengajaran. Kita pernah jatuh, terpuruk, sedih, bahagia, manis, pahit, terbang, menangis, tertawa, sendiri, bersama, di masa lalu. Sedangkan masa depan, kita hanya bisa mengukirnya di dalam bingkai mimpi, hanya bisa mengira, merencana dan merekayasa. Justru karena itulah, kita mesti belajar dari masa lalu. Karena masa lalu telah pernah mengajarkan semuanya. Bercermin dari masa lalu, agar rencana dan rekayasa untuk mimpi masa datang lebih mendekati kenyataan.

Saturday, August 12, 2006

Suatu Malam Bersama Si Mbah


Saya bertanya pada diri saya sendiri,
pada bagian mana dari ujian hidupnya saya berada?
Lantas mengapa diri kerap lupa bersyukur?
Haruskah keberadaan si papa yang terus-menerus menjadi sebab lahirnya keinsyafan?
Astaghfirullah...

Tubuh rentanya terduduk pasrah di pintu gerbang sebuah masjid, kemarin malam selepas Isya’. Kalau saya tak awas, barangkali tubuh renta itu terabaikan begitu saja. Hanya seorang pengemis tua. Bukankah pengemis adalah pemandangan biasa saja di negeri tercinta yang konon subur dan makmur ini? Saya teringat kembali perkataan seorang teman Perancis saya beberapa waktu sebelumnya, ketika saya bertanya padanya hal apa yang tidak ia sukai dari Indonesia, jawabannya adalah macet dan pengemis. ”Terlalu banyak peminta-minta di negara ini. Mereka mengira saya ini punya banyak uang,” katanya pada saya.

Dan tubuh renta itu, saya pun menganggap beliau seorang pengemis. Nenek tua berpakaian lusuh, dengan sendal jepit yang sudah terkelupas di sana-sini. Di sampingnya teronggok sebuah karung goni, tas plastik, dan sebuah topi caping terbuka berisi beberapa helai uang ribuan. Bukankah lengkap mencirikan seorang pengemis? batin saya.

Tapi beliau tak mengulurkan tangan pada saya, beliau hanya diam ketika saya lewat. Senyuman saya padanya dibalas dengan senyuman juga, tetap tanpa mengulurkan tangan atau topi capingnya.
Langkah saya hampir berlanjut ke sebuah ruangan di sisi masjid itu sebelum satu sisi di hati saya terketuk untuk tidak menganggap tubuh renta itu tanpa arti. Saya membuka resleting tas, mengambil dompet, memegang selembar uang, hampir menariknya.... lantas memilih mengurungkan kelanjutannya. Saya lepaskan lagi lembaran uang itu, saya kembalikan dompet ke tempatnya, lalu saya tutup kembali tas saya.

Saya memilih mundur beberapa langkah dan mengambil posisi duduk di samping si nenek tua.
”Mbah...” sapa saya.

Dengan sedikit ragu saya niatkan untuk menemani beliau barang sejenak. Ragu karena satu hal yang seringkali membuat saya susah berkomunikasi dengan simbah-simbah, yaitu soal bahasa. Saya tak bisa bahasa Jawa, simbah tak faham bahasa Indonesia. Biasanya jika sudah demikian, saya hanya mengangguk-angguk dan senyum-senyum mendengarkan cerita setiap Mbah yang saya ajak ngobrol, padahal saya tak memahami perkataannya. Tapi alhamdulillah, simbah yang ini memahami bahasa Indonesia saya.

Bukan pemandangan langka melihat simbah-simbah di jalanan Jogjakarta, tapi berada di luar rumah ketika langit sudah hitam karena matahari pindah bersinar ke belahan bumi yang lain, bagaimana ini tidak menjadi sesuatu yang aneh? Di manakah suaminya? Mana anak-anaknya? Juga cucu-cucunya? Saya membayangkan nenek saya tersayang masih bisa tidur di kasur yang empuk. Terasa lebih mending pula para nenek yang terasing di panti Wreda tapi masih punya kamar dan kasur sendiri. Sementara beliau,
”Sudah kemalaman. Nggak bisa pulang,” katanya pada saya dengan suara yang halus dan parau.
“Anak-anak nggak nyariin, Mbah?” tanya saya
“Nggak ada anak-anak. Simbah tinggal sama ponakan,” jawabnya.
“Ponakan nggak nyariin?” tanya saya tetap ingin tahu.
”Enggak,” jawabnya lagi.

Masya Allah... Saya mengajak beliau duduk di teras masjid. Beliau menurut setelah beberapa kali menolak. Di teras masjid ceritanya mengalir lagi tentang keluarganya, kali ini dalam bahasa Jawa yang tak saya fahami.
”Mbah sudah makan malam?” tanya saya ketika beliau telah selesai dengan ceritanya.
Simbah diam, hanya memandang ke mata saya. Mungkin ia mencari apakah ada bahasa basa-basi di sana.
”Nanti saja beli di sana,” jawabnya seraya menunjuk deretan warung yang berbaris di luar gerbang masjid.
“Saya belikan nasi mau ya, Mbah?” kata saya.

Sekali lagi beliau menatap mata saya.
”Kalau nggak makan nanti masuk angin,” saya mencoba meyakinkannya.

Lantas ia ambil topi capingnya, lalu mengambil beberapa helai uang ribuannya dan mengangsurkan pada saya.
”Nggak usah, Mbah. Ini ada kok,” saya menunjuk tas saya.
Sekali lagi simbah diam menatap saya, lantas mengangguk. Mungkin ia letih berdebat dengan saya.

Lantas saya pergi membelikan makanan dan minuman untuk beliau. Ketika saya kembali simbah berkata pada saya,
”Uangnya sudah mbah masukin ke sana, ya” sambil menunjuk kotak kaca tempat infaq masjid. Saya benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan simbah.

“Mbah, kan saya yang belikan makanan untuk, Mbah?” tanya saya dengan suara tercekat, malu sekali rasanya diri ini pada beliau.
“Nggak boleh, simbah kan ada uang,” jawabnya.
“Tapi kan itu bisa buat ongkos besok?” tanya saya ngotot.
“Besok bisa cari lagi. Nanti Mbah bisa cari di pasar,” jawabnya santai.
“Mbah masukin uangnya berapa?” tanya saya lagi, karena saya tak melihat sehelai uang pun tersisa di topi capingnya. Beliau menyebutkan sejumlah nominal. Masya Allah, nominal yang ia sebutkan adalah nominal yang sama dengan harga makanan dan minuman yang saya belikan untuknya.

Tak kuasa saya menahan airmata yang hendak tumpah, saya kagum padanya. Kagum pada ketabahannya, kagum pada keteguhan dan keikhlasannya.
“Nggak usah nangis, Mbah nggak apa-apa kok,” ia berkomentar tetap dengan santai.

Selanjutnya semua tawaran saya ditolak. Saya minta ia tidur di dalam, sampai saya bawa masuk, lalu ia keluar lagi. Saya antar ia hingga ke atas karpet, ia pindah ke lantai.

Saya tak bisa lupa tubuhnya yang tak lagi mampu berdiri tegak, rambutnya yang hampir seluruhnya telah memutih, pun giginya yang memerah karena digosok-gosok dengan tembakau.

Di manapun si Mbah hari ini berada, saya hanya bisa mendoakannya, “Mbah, semoga Allah memuliakan Mbah.”

Saturday, July 22, 2006

Puasa Bulan Rajab

Assalamu'alaikum Wr..Wb..
sahabat-sahabat yang dirahmati Allah SWT .

Bismillaahirahmanirrohiim.

Wahai Saudara-saudaraku yang budiman,

Pada hari Rabu tanggal 26 Juli 2006 kita memasuki bulan Rajab.
Bulan Rajab adalah bulannya Allah. Mari kita simak ada apa di balik
bulan Rajab itu.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Ketahuilah bahwa
bulan Rajab itu adalah bulan ALLAH, maka:

* Barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan ini dengan
ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH SWT;

* Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab 1427/Isra Mi'raj ( 21
Agustus 2006 ) akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa;

* Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat
kemuliaan di sisi ALLAH SWT;

* Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3
Rajab ( 26 , 27, 28 Juli 2006 ) maka ALLAH akan memberikan pahala
seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa
akhirat;

* Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, insyaallah
permintaannya akan dikabulkan;

* Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan
tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan
dibukakan delapan pintu syurga;

* Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH
akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua
kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya."


Sabda Rasulullah SAW lagi :
"Pada malam Mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih
manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi,
lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: "Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?"
Maka berkata Jibrilb a.s.: "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang
yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini".

Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita :
"Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW ke sebuah kubur,
lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian
beliau berdoa kepada ALLAH SWT. Lalu saya bertanya kepada beliau:"Ya
Rasulullah mengapakah engkau menangis?" Lalu beliau bersabda :"Wahai Tsauban,
mereka itu sedang disiksa dalam kubur nya, dan saya berdoa
kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa atas mereka".

Sabda beliau lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau
berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab
niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur."

Tsauban bertanya: "Ya Rasulullah,apakah hanya berpuasa satu hari dan
beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari
siksa kubur?" Sabda beliau: "Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah
mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa
satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan
Rajab dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya
seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun."

Sabda beliau lagi: "Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya'ban
Adalah bulan aku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku". "Semua manusia akan
berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi,keluarga nabi
dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya'ban dan bulan Ramadhan.

Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan
haus bagi mereka."


Wassalamu'alaikum wr.wb,

Sunday, July 09, 2006

Kunci-Kunci Rizki

Di antara hal yang menyibukkan hati manusia adalah mencari rizki. Tidak sedikit dari kalangan manusia ini yang mencari rizki dengan cara yang diharamkan Allah. Baik dari golongan tingkat atas maupun tingkat paling bawah, baik oleh pejabatnya maupun oleh buruh sekalipun.Mereka tidak lagi peduli terhadap larangan Allah dan Rasul-Nya r, Mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram karena akal sehatnya sudah tak dapat lagi berfungsi lantaran rakusnya terhadap dunia dan lupa terhadap Allah Ar Razzaaq.

Kita dapat menyaksikan dengan mata kepala kita sendiri, banyak dari kaum muslimin mendatangi tempat-tempat yang haram dikunjungi seperti dukun-dukun, paranormal, orang pintar atau apa saja sebutan mereka yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib. Mereka meminta melalui perantaraan orang orang yang dianggap bisa mengeluarkan mereka dari musibah dan mereka juga memohon pertolongan untuk mengetahui urusan yang ghaib. Dan ketahuilah, bahwa rizki adalah salah satu dari perkara yang ghaib itu.

Adalah suatu kewajiban bagi kita untuk bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan dan menanggung rizki semua makhluk-Nya. Dan sudah keharusan bagi kita untuk mengembalikan semua perkara yang ghaib itu kepada Allah saja.

Allah dan Rasul-Nya r telah memerintahkan kita untuk mencari rizki yang halal dan baik, yang tentunya dengan cara berusaha yang halal dan baik pula. Namun disamping itu Allah dan Rasul-Nya r memberi jalan kepada kita dengan dibukanya kunci-kunci rizki yang tentu saja tanpa meninggalkan kasab (usaha).

Kita akan bertanya dimanakah letak kunci-kunci rizki tersebut? Inilah 10 kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya r :

1. Istighfar dan Taubat

Nabi Nuh u berkata kepada kaumnya : "Maka aku katakan kepada mereka, mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai". (QS Nuh : 10-12)

2. Taqwa

Fiman Allah : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Ath-Thalaq : 2-3)

3. Bertawakkal (berserah diri) kepada Allah

Rasulullah r bersabda : "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi dengan perut lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnul Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha’i dan Al Baghawi dari ‘Umar bin Khaththab t)

4. Beribadah sepenuhnya kepada Allah semata

Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak melakukannya, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah t)

5. Menjalankan Haji dan Umrah

Rasulullah r bersabda : "Kerjakanlah haji dengan umrah atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran (karat) besi." (HSR Nasa’i. Hadits ini shahih menurut Imam Al Albani. Lihat Shahih Sunan Nasa’i.)

6. Silaturrahim (menyambung tali kekerabatan yang masih ada hubungan nasab)

Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturrahim" (HSR. Bukhari)

7. Berinfak dijalan Allah

Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)

8. Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu

Anas bin Malik t berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah r, sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah r (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau r bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi)

9. Berbuat baik kepada orang-orang lemah

Mush’ab bin Sa’d t berkata, bahwasanya Sa’d merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah r bersabda : "Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah diantara kalian?". (HSR. Bukhari)

10. Hijrah dijalan Allah

Allah berfirman : "Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak". (QS. An Nisa : 100)

Demikianlah beberapa kunci-kunci rizki dalam Islam yang memang sudah selayaknya seorang muslim untuk yakin terhadap apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan Rasul-Nya r supaya kita tidak terjerumus kedalam I’tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan yang bathil.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada segenap keluarga, shahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai akhir zaman nanti. Wallahu A’lam.

* * *

Saturday, July 08, 2006

"Ternyata Air Dapat Mendengar"

“Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (Q.S. Al Anbiya:30)

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa
air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari
Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku
air dengan hasil seperti tersebut di bawah ini.

1.Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama
Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto
dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata
molekul air membentuk kristal segi enam yang indah.

2. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam
bahasa Jepang)" didepan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah.

3. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, "Arigato". Kristal
membentuk dengan keindahan yang sama.

4. Selanjutnya ditunjukkan kata "setan", kristal berbentuk buruk.

5. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga.

6. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan
sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan
indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam
dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.

Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di
Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar
PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005
lalu. Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan,
dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in
Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam
pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak
di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain.
Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan
bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling
sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu
menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat
kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah
82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air.

Air putih galon dirumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada
Allah, agar anak
yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum
tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada
air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan
dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota
didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang
meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas.

Rasulullah saw. bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu",

"Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya".

Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang.

Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan
sembuh. Subhanallah ... Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena
dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi
Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan
tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.
Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam,
daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap
manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat
wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib
mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh
memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum
melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang
secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus
melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Wallahu a'lam ...

Saturday, October 01, 2005

Surat Sayang Dari ALLAH SWT

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu
dan berharap engkau akan berbicara kepada KU,
walaupun hanya sepatah kata meminta
pendapatKU atau bersyukur kepada KU atas
sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam
hidupmu hari ini atau kemarin......

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk
mempersiapkan diri untuk pergi bekerja .......

AKU kembali menanti saat engkau sedang
bersiap, AKU tahu akan ada
sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan
menyapaKU,tetapi engkau terlalu sibuk .........

Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi
selama lima belas menit tanpa melakukan
apapun. Kemudian AKU melihat engkau
menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan
berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke
telephone dan menghubungi seorang teman untuk
mendengarkan kabar terbaru.

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan
AKU menanti dengan sabar sepanjang hari.
Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau
terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU.

Sebelum makan siang AKU melihatmu
memandang sekeliling, mungkin
engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU,
itulah sebabnya mengapa engkau tidak
menundukkan kepalamu.
Engkau memandang tiga atau empat meja
sekitarmu dan melihat beberapa temanmu
berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut
sebelum menyantap rizki yang AKU
berikan, tetapi engkau tidak melakukannya .......
masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap
engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat
engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-
akan banyak hal yang harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV,
engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari
didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya
menikmati acara yg ditampilkan. Kembali AKU
menanti dengan sabar saat engkau menonton TV
dan menikmati makananmu tetapi kembali kau
tidak berbicara kepadaKU .........

Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada
keluargamu, kau melompat ketempat tidur dan
tertidur tanpa sepatahpun namaKU, kau sebut.

Engkau menyadari bahwa AKU selalu hadir
untukmu. AKU telah bersabar lebih lama dari yang
kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan
bagaimana bersabar terhadap orang lain.
AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU
menantikan sepatah kata, do'a, pikiran atau syukur
dari hatimu.

Keesokan harinya ...... engkau bangun kembali
dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih
bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit waktu
untuk menyapaKU .......Tapi yang KU tunggu
........ tak kunjung tiba ...... tak juga kau
menyapaKU.
Subuh ........ Dzuhur ....... Ashyar ..........
Magrib ......... Isya dan Subuh kembali, kau masih
mengacuhkan AKU.....tak ada sepatah kata, tak
ada seucap do'a, dan tak ada rasa, tak ada
harapan dan keinginan untuk bersujud
kepadaKU.........

Apa salahKU padamu ...... wahai UmmatKU?????
Rizki yang KU limpahkan, kesehatan yang KU
berikan, harta yang KU relakan, makanan yang
KU hidangkan, anak-anak yang KUrahmatkan,
apakah hal itu tidak membuatmu ingat
kepadaKU ............!!!!!!!

Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU
tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa
KU, memohon perlindungan KU, bersujud
menghadap KU ...... Yang selalu menyertaimu
setiap saat ........

Note: apakah kita memiliki cukup waktu untuk
mengirimkan surat ini kepada orang2
yang kita sayangi???
Untuk mengingatkan mereka bahwa segala
apapun yang kita terima hingga saat ini,
datangnya hanya dari ALLAH semata